Popular Post

Popular Posts

Recent post

Archive for 2014

Pantai Wisata Pasir Putih
 SITUBONDO - Tahun baru identik dengan kemeriahan. Suara terompet dan pesta kembang api, menyertai pesta pergantian tahun. Bahkan hampir seluruh warga tumpah ruah membanjiri sejumlah tempat wisata.
Bagi warga Situbondo dan sekitarnya, objek wisata pantai pasir putih masih menjadi pilihan utama. Meski cuaca hujan, ribuan warga membanjiri objek pantai bahari ini. Akibatnya, arus lalulintas di depan pantai pasir putih macet.
Untuk mengurai kemacetan, puluhan personil Polres Situbondo diterjunkan mengatur arus lalulintas. Selain itu, polisi juga memasang garis jalan sepanjang 1 kilo meter di sepanjang  jalan raya Pasir putih.
Pantauan bhasa menyebutkan. Panorama pantai pasir tanpakanya masih menjadi daya tarik tersendiri wisatawan. Tak hanya warga Situbondo, sebagian wisatawan  datang dari sejumlah kota di jawa timur. Bahkan ada pula yang berasal dari luar jawa. Hampir seluruh tempat penginapan di pasir putih penuh.
Menurut Diana, warga Sulawesi, dirinya datang ke pasir sehari sebelum tahun baru. Diana mengaku datang bersama keluarganya, karena terpesona panorama pantainya yang masih tanpak alami.
Sementara itu, Direktur  Perusahaan Daerah Pasir Putih, Daniel Maulana, mengatakan, membludaknya pengunjung ini sudah lazim terjadi setiap tahun baru. Meski pasir putih diserbu ribuan wisatwan, Daniel mengaku pihaknya tetap tidak menaikan harga tiket masuk.

Liburan, Pasir Putih Masih Jadi Favorit

Dalam sebuah pemerintahan diperlukan manajemen atau pengelolaan yang baik terutama dalam bentuk pelayanan publik. Hal ini dikarenakan semakin kompleks masyarakat, kebutuhan akan barang dan jasa publik semakin tidak terbatas. Sehingga diperlukan manajemen pelayanan publik sebagai bentuk evaluasi kualitas organisasi pelayanan baik pemerintah pusat maupun daerah.
Pelayanan publik meliputi berbagai dimensi. Baik dimensi politik, ekonomi, sosial organisasi serta dimensi komunikasi. “Dimensi politik menyangkut hubungan antara warganegara dengan politisi dan policy maker atau pembuat kebijakan dalam pelayanan publik. Misalnya politisi dalam pemilihan umum menjanjikan kepada warganegara untuk meningkatkan fasilitas pendidikan atau bebas biaya pendidikan. Hal ini merupakan salah satu kontrak politik antara kedua belah pihak”urainya.
Sementara itu dimensi ekonomi mencakup pembiayaan pelayanan publik, akan dibiayai oleh Negara atau swasta. Dimensi sosial menyangkut kebijakan mengalokasikan dan memproduksi pelayanan publik kepada kelompok sosial tertentu. Misalnya kelompok masyarakat miskin. Sedangkan dimensi organisasi dan komunikasi menyangkut kinerja organisasi pelayanan publik, standar kinerja, aparat pelaksana, komunikasi antara penerima pelayanan dengan pemberi pelayanan dan lainnya. Oleh karena itu kajian dan analisis pelayanan publik seharusnya dimulai dengan kontrak politik antara warganegara dengan politisi dan policy maker sampai kepada mekanisme hubungan antra pemberi pelayanan dan warganegara serta aktor-aktor yang terlibat, manajemen pelayanan publik meliputi warganegara, politisi dan pengambil kebijakan, organisasi pelayanan atau provider serta kaum professional. “Warganegara tersebut bisa sebagai pelajar, pasien, orangtua atau pemilih. Politisi dan policy maker seperti presiden, menteri, kepala daerah maupun anggota DPR atau DPRD. Organisasi pelayanan meliputi departemen pendidikan, dinas pendidikan serta dinas kesehatan. Kemudian dokter, guru, insinyur dan lainnya sebagai kaum professional,” tuturnya.
Terkait dengan pelayanan publik yang diberikan pemerintah, dalam pemaparannya pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dinilai dengan keluasan fungsi yang dimiliki serta kebijakan publik yang diambil mempunyai dampak terhadap pengguna layanan publik.
“Hal tersebut akan membuat masyarakat memposisikan pembangunan berorientasi ke pengguna layanan dan nantinya akan melakukan pengembangan kualitas pelayanan publik.




By. Ubaydillah

Perlunya Manajemen Pelayanan Publik dalam Pemerintahan






PROPOSAL TESIS


PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA DESA
TERHADAP KINERJA PEGAWAI”


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Kecamatan Bungatan merupakan salah satu kecamtan yang ada di kabupaten situbondo propinsi jawa timur dan merupakan pemekaran dari kecematan melandingan, kecamatan bungatan terdiri dari Tujuh desa dengan luas wilayah………km2…. Kecamatan ................... terdiri Dari  7 (...........................) Desa Dan dipimpin oleh seorang Kepala Desa, dalam rangka menyelenggarakan dan melaksanakan tugas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan Kepala Desa selaku perangkat desa dibantu para sekertaris desa dan kepala urusan sehingga penyelenggaraan pelayanan umum berjalan optimal.
Dalam undang-undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang perubahan atas undang-undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah disebut bahwa desa atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hokum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan di hormati dalam system pemerintahan Negara kesatuan republic Indonesia. Selanjutnya undang-undang nomer 8 tahun 2005 tentang perubahan atas undang-undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan puliuk dan kesejahteraan masyarakat, menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya manusia, serta memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untukberpatisipasi aktif dalam proses pembanguanan maka untuk mewujudkan misi tersebut, diperlukan daya dukung aparatur pemerintah yang handal, cakap dan memiliki kompetensi untuk menyelesaikan berbagai tugas pokok dan fungsi yang dipercayakan kepadamereka, daya dukung ini menjadi mungkin diwujudkan  bilamana roda pemerintahan tersebut dikelola dan dilaksanakan oleh pemimpin yang mampu menjadi inspirator untuk mendorong motivasi sehingga mampu meningkatkan produktivitas kerja pegawainya.
Sumber daya manusia merupakan tokoh sentral dalam organisasi maupun perusahaan, agar aktifitas manajemen berjalan dangan baik, organisai harus memiliki karyawan dan atau pegawai yang berpengetahuan dan berketerampilan tinggi serta usaha yang kuat untuk mengelola organisasi seoptimal mungkin sehingga kinerja karyawan meningkat. Agar dapat melaksanakan program diatas maka diperlukan pemerintah yang dapat mempengaruhi moral, kepuasan kerja dan terutama tingkat prestasi guna meningkatkan pembanguanan wilayahnya. Untuk itu diperlukan para aparat pemerintah yang memiliki disiplin kerja dan motivasi yang akan mengerahkan segenap potensinya, dimana seorang belum tentu bersedia untuk mengerahkan semua potensinya yang dimilikinya untuk mencapai hasil yang optimal sehingga diperlukan adanya Pendorong agar aparat desa mau menggunakan potensinya.
Melihat kenyatan tersebut, sudah saatnya pemimpin memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk dapat mengembangkan sumber daya manusia agar lebih berprestasi dalam melaksanakan tugas pelayanan umum kepada masyarakat. Pada berbagai bidang khususnya kehidupan berorganisasi, faktor manusia merupakan masalah utama disetiap kegiatan yang ada didalamnya. Organisasi merupakan kesaman sosial yang dikordinasikan secara sadar dengan sebuah batasan yang relative dapat didentifikasikan, berkerja secara terus menerus untuk mencapai tujuan (Robbins,2006). Semua tindakan yang diambil dalam setiap kegiatan diprakarsai dan ditentukan oleh manusia yang menjadi anggota perusahaan. Organisasi membutuhkan adanya faktor suber daya manusia yang potensial baik pemimpin maupun karyawan pada pola tugas dan pengawas yang merupakan penentu tercapainya tujuan perusahaan.
Kepemimpinan merupakan unsure penting di dalam sebuah organisasi, sebab tanpa adanya kepemimpinan dari seorang pemimpin maka suatu organisasi tersebut akan mengalami kemunduran. Setiap pemimpin pada dasarnya memiliki perilaku yang berbeda dalam memimpin para pengikutnya, perilaku p;ara pemimpin itu disebut gaya kepemimpinan.  Gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi perilaku orang lain sesuai dengan keinginanya itu di pengaruhi oleh sifat pemimpin itu sendiri. Kepemimpinan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan motivasi, karena keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada kewibawaa. Pemimpin dangan gaya kepemimpinan yang baik akan menciptakan motivasi yang tinggi di dalam diri setiap bawahan, sehingga dengan motivasi tersebut akan timbul semangat kerja yang dapat meningkatkan kinerja dari bawahan. oleh sebab itu Pemerintahan Desa yang berhadapan langsung dengan masyarakat dan Citra birokrasi pemerintahan secara keseluruhan akan banyak ditentukan oleh kinerja organisasi tersebut. Pemerintah Desa sebagai instansi pelayanan publik dituntut untuk memperbaiki dan senantiasa melakukan reformasi serta mengantisipasi perkembangan masyarakat yang terjadi. Dalam rangka meningkatkan citra, kerja dan kinerja instansi pemerintah menuju kearah professionalisme dan menunjang terciptanya pemerintahan yang baik (good governance), oleh karena itu peru adanya penyatuan arah dan pandangan bagi segenap jajaran pegawai Pemerintah yang dapat dipergunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melaksanakan tugas baik manajerial maupun operasional diseluruh bidang tugas dan unit organisasi Instansi Pemerintah secara terpadu. birokrasi pemerintah yang menekankan pada fungsinya ketiga elemen yaitu aturan main, kelembagaan, dan personal (pegawai) dalam penerapanya akan sangat ditentukan oleh personal (pegawai) sebagai operatornya. Persolannya kemudian adalah bagaimana pegawai yang ditempatkan dalam struktur birokrasi tersebut dapat menjalankan fungsinya. Sehingga dalam kerangka proses pencapaian tujuan organisasi, kinerja pegawai merupakan faktor yang penting. Sebab kinerja merupakan ukuran sejauh mana kemampuan pegawai untuk menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan apa yang diberikan oleh organisasinya.
Banyak kajian tentang sumber daya manusia dan keorganisasian yang menyoroti masalah faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja. Faktor yang sangat umum dan hampir selalu dikaji dalam penilaian kinerja ini adalah faktor peran kepemimpinan. Sebab sebagai faktor yang mengarahkan organisasi dan juga pemberian contoh perilaku terhadap para pengikut (pegawai) peran kepemimpinan sangat menentukan kemajuan dan kemunduran organisasi (Fuad Mas’ud, 2004).
Peran kepemimpinan tidak hanya tentang arah suatu organisasi yang kuat di mana permasalahan dan solusi banyak diketahui, tetapi peran kepemimpinan mengambil bagian dalam suatu konteks perubahan, dalam perubahan yang terus menerus dan tidak menentu tersebut (Alison dan Hartley, 2000). Hal ini membutuhkan suatu pendekatan yang tidak hanya tentang ”implementasi” kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya tetapi undang-undang yang mengatur (Weick, 1995) dalam (Allison dan Hartley, 2000). Inovasi tidak dapat ditetapkan sebelumnya dan oleh karena itu peran kepemimpinan adalah untuk memberikan suatu kerangka dalam mengamati, memelihara, membagi, menggambarkan dan juga mengimplementasikan. Penelitian (Heffes, 2006) pada perguruan tinggi di Amerika dalam beberapa dekade peran kepemimpinan mempunyai pengaruh  di dalam membentuk dan mendukung perkembangan organisasi dan  kepuasan kerja. Senada dengan peran kepemimpinan,
Sedangkan untuk karyawan sektor swasta motivasi mereka bekerja sangat dipengaruhi oleh tingginya gaji yang mereka peroleh dan kesempatan untuk meraih jenjang yang lebih tinggi. Pada tingkat supervisor, motivasi pegawai dalam bekerja pada instansi publik dipengaruhi oleh keterlibatan mereka dalam memberikan kontribusi dalam membuat keputusan-keputusan yang penting. 
Pada sebuah organisasi pemerintahan, sumber daya manusia terdiri dari pemimpin dan pegawai. Pemerintah Desa Patemon merupakan suatu organisasi pemerintah yang memiliki personil berjumlah 15 pegawai. Untuk mewujudkan sikap kerja pegawai yang baik, diperlukan berbagai cara yang dapat dilakukan oleh seorang pemimpin suatu organisasi pemerintah, yaitu dengan menggunakan gaya kepemimpinan yang tepat.
Peranan seorang pemimpin penting untuk mencapai tujuan organisasi yang diinginkan termasuk organisasi pemerintahan di Desa Patemon, Kota Situbondo terutama berkaitan dengan peningkatan kinerja pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya. Kinerja pegawai merupakan hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi.
Kepemimpinan dilaksanakan ketika seseorang memobilisasi sumber daya institusional, politis, psikologis, dan sumber-sumber lainnya untuk membangkitkan, melibatkan dan memenuhi motivasi pengikutnya (Burns, 1978) dalam Yukl (2005).
Menurut Kerlinger dan Padhazur (2002) faktor kepemimpinan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kinerja pegawai karena kepemimpinan yang efektif memberikan pengarahan terhadap usaha-usaha semua pekerja dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi. Gaya kepemimpinan yang efektif dibutuhkan pemimpin untuk dapat meningkatkan kinerja semua pegawai dalam mencapai tujuan organisasi sebagai instansi pelayanan publik. Dengan demikian, gaya kepemimpinan dapat menjadi pedoman yang baik dalam peningkatan kinerja pegawai . Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu diteliti: “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai Dalam Organisasi Pemerintah Desa”.

1.2. Perumusan Masalah
1.    Bagaimana Gaya Kepemimpinan yang diterapkan Kepala Desa dalam pengambilan keputusan?
2.    Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penerapan Gaya Kepemimpinan Kepala Desa dalam pengambilan keputusan?
3.    Bagaimanakah kinerja pegawai pada Desa Patemon?
4.    Bagaimanakah pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai pada Kepemimpinan Desa?

1.3. Tujuan Penelitian
1.  Mengidentifikasi gaya kepemimpinan Kepala Desa yang diterapkan dalam pengambilan keputusan.
2.   Menelaah faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan Gaya Kepemimpinan Kepala Desa dalam pengambilan keputusan.
3.   Menelaah kinerja pegawai pada organisasi Pemerintah Desa serta pelayanan Pemerintah Desa yang diberikan kepada masyarakat.
4.  Menganalisis pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai pada Pemerintah Desa Patemon.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan kepada pihak-pihak terkait, seperti Pemerintah Desa, Institusi pendidikan dan mahasiswa selaku peneliti. Bagi Pemerintah Desa, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk meningkatkan kinerja pegawai dan pemimpin dapat menerapkan gaya kepemimpinan pada pengambilan keputusan sesuai dengan kebutuhan pegawai dalam memperbaiki kinerja dan produktivitas pegawai, sehingga Pemerintah Desa dapat meningkatkan pelayanannya terhadap masyarakat sebagaimana fungsi Pemerintah Desa sebagai instansi pelayanan publik. Bagi pihak akademisi diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti yang ingin mengkaji permasalahan Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai secara lebih mendalam. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini dapat berguna sebagai sarana belajar untuk memahami permasalahan yang menjadi topik kajian.



BAB. II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pengertian Dan Definisi Kepemimpinan
Menurut Kerlinger dan Padhazur (1987), kepemimpinan adalah kemampuan tiap pimpinan di dalam mempengaruhi dan menggerakkan bawahannya sedemikian rupa sehingga para bawahannya bekerja dengan gairah, bersedia bekerjasama dan mempunyai disiplin tinggi, dimana para bawahan diikat dalam kelompok secara bersama-sama dan mendorong mereka ke suatu tujuan tertentu. Sedangkan menurut Sedangkan menurut Wahjosumidjo (1984), kepemimpinan adalah proses antar hubungan atau interaksi antara pemimpin, bawahan dan situasi.
Pemimpin merupakan dampak interaktif dari faktor individu atau pribadi dengan faktor situasi. Karjadi (1983) mendefinisikan pemimpin adalah orang yang mampu menggerakkan orang-orang lain agar orang-orang dalam suatu organisasi yang telah direncanakan dan disusun terlebih dahulu dalam suasana moralitas yang tinggi, dengan penuh semangat dan tanggung jawab dapat menyelesaikan pekerjaannya masing-masing dengan hasil yang diharapkan.

2.1.2. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi orang lain seperti yang ia lihat (Thoha, 1993). Kebanyakan orang menganggap gaya kepemimpinan merupakan tipe kepemimpinan. Hal ini antara lain dinyatakan oleh Siagian (2003) bahwa gaya kepemimpinan seseorang adalah identik dengan tipe kepemimpinan orang yang bersangkutan.
Wahjosumidjo (1994) mengatakan bahwa perilaku pemimpin dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah sesuai dengan gaya kepemimpinan seseorang. Gaya tersebut adalah sebagai berikut:
1.  Gaya kepemimpinan Direktif adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan cara segala kegiatan yang akan dilakukan diputuskan oleh pimpinan semata-mata.
2.  Gaya kepemimpinan Konsultatif adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan oleh pemimpin setelah mendengarkan masukan/saran dari bawahan.
3.  Gaya kepemimpinan Partisipatif adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan.
4.  Gaya kepemimpinan Delegatif adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan lebih banyak diserahkan kepada bawahan.

2.1.3. Kinerja Pegawai
Kinerja dapat diartikan sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam rencana strategi suatu organisasi. Menurut Dessler (1997), kinerja merupakan prosedur yang meliputi :
(1)      Penetapan standar kinerja,
(2)      Penilaian kinerja aktual pegawai dalam hubungan dengan standar-standar ini.
(3)      Memberi umpan balik kepada pegawai dengan tujuan memotivasi orang tersebut untuk menghilangkan kemerosotan kinerja atau terus berkinerja lebih tinggi lagi.
Mengenai ukuran-ukuran kinerja pegawai, Ranupandojo dan Husnan (2000) menjelaskan secara rinci sejumlah aspek yang meliputi:
1.  Kualitas kerja adalah mutu hasil kerja yang didasarkan pada standar yang ditetapkan. Kualitas kerja diukur dengan indikator ketepatan, ketelitian, keterampilan dan keberhasilan kerja. Kualitas kerja meliputi ketepatan, ketelitian, kerapihan dan kebersihan hasil pekerjaan.
2.  Kuantitas kerja yaitu banyaknya hasil kerja sesuai dengan waktu kerja yang ada, yang perlu diperhatikan bukan hasil rutin tetapi seberapa cepat pekerjaan dapat terselesaikan. Kuantitas kerja meliputi output, serta perlu diperhatikan pula tidak hanya output yang rutin saja, tetapi juga seberapa cepat dia dapat menyelesaikan pekerjaan yang ekstra.
3.  Dapat tidaknya diandalkan termasuk dalam hal ini yaitu mengikuti instruksi, inisiatif, rajin, serta sikap hati-hati.
4. Sikap, yaitu sikap terhadap pegawai perusahaan dan pekerjaan serta kerjasama.

2.1.4. Pelayanan Masyarakat
Hakikat berdirinya suatu organisasi publik seperti Pemerintah Desa adalah bertujuan melayani kepentingan masyarakat di wilayah kerjanya. Pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Desa termasuk dalam bentuk pelayanan umum. Menurut Keputusan Menteri Negara Aparatur Negara No. 63 Tahun 2003, pelayanan umum adalah segala bentuk kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah, dan di lingkungan badan usaha milik negara/daerah dalam bentuk barang atau jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dari definisi pelayanan umum tersebut, dapat dikatakan bahwa Kelurahan atau Pemerintah Desa merupakan suatu organisasi yang memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat dan pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan sesuai dengan visi, misi, tujuan maupun program yang telah ditetapkan Kelurahan.
Parasuraman dkk (dalam Zeithamil dan Bitner, 1996) mengemukakan indikator- indikator pelayanan masyarakat sebagai berikut
1.      Responsiveness atau responsivitas adalah kemampuan birokrasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, serta mengembangkan program-program pelayanan sesuai kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
2.      Reliability atau reabilitas adalah kemampuan organisasi untuk menyelenggarakan pelayanan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya.
3.      Assurance atau kepastian adalah pengetahuan dan kesopanan para pekerja dan kemampuan mereka dalam memberikan kepercayaan kepada customers.

2.1.5. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai
Gaya Kepemimpinan yang dimiliki oleh seseorang dalam mempengaruhi sekelompok orang atau bawahan untuk bekerja sama dan berdaya upaya dengan penuh semangat dan keyakinan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Keberhasilan suatu organisasi baik sebagai keseluruhan maupun berbagai kelompok dalam suatu organisasi tertentu, sangat tergantung pada efektivitas kepemimpinan yang terdapat dalam organisasi yang bersangkutan. Dapat dikatakan bahwa mutu kepemimpinan yang terdapat dalam suatu organisasi memainkan peranan yang sangat dominan dalam keberhasilan organisasi tersebut dalam menyelenggarakan berbagai kegiatannya terutama terlihat dalam kinerja para pegawainya (Siagian, 1999).
Pemimpin yang terdapat pada organisasi harus memiliki kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan bawahannya, sehingga dapat menunjukkan kepada bawahannya untuk bergerak, bergiat, berdaya upaya yang tinggi untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Akan tetapi hanya mengerahkan seluruh pegawai saja tidak cukup, sehingga perlu adanya suatu dorongan agar para pegawainya mempunyai minat yang besar terhadap pekerjaanya.

2.2. Kerangka Pemikiran
Berikut ini dikemukakan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini untuk memahami fenomena kepemimpinan pada organisasi pemerintahan Kelurahan, khususnya tentang pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawainya. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi gaya Kepemimpinan yang diterapkan seorang pemimpin dalam suatu organisasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan yang diterapkan digolongkan dalam tiga kategori yaitu: faktor karakteristik pemimpin, faktor karakteristik pegawai dan faktor situasi. Gaya kepemimpinan yang digunakan seorang pemimpin memiliki pengaruh terhadap kinerja pegawai.
Untuk kepentingan penelitian ini, kinerja pegawai dipandang sebagai hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai wewenang dan tanggung jawabnya untuk mencapai tujuan organisasi. Ukuran-ukuran kinerja pegawai ini meliputi kualitas kerja, dan kuantitas kerja.
Kinerja pegawai merupakan suatu hasil yang dicapai oleh pegawai tersebut dalam pekerjaanya menurut kriteria tertentu yang berlaku untuk suatu pekerjaan tertentu. Menurut Robbins (2003) bahwa kinerja pegawai adalah sebagai fungsi dari interaksi antara kemampuan dan motivasi. Dalam studi manajemen kinerja pekerja atau pegawai ada hal yang memerlukan pertimbangan yang penting sebab kinerja individual seorang pegawai dalam organisasi merupakan bagian dari kinerja organisasi, dan dapat menentukan kinerja dari organisasi tersebut. Berhasil tidaknya kinerja pegawai yang telah dicapai organisasi tersebut akan dipengaruhi oleh tingkat kinerja dari pegawai secara individu maupun kelompok.
Selain itu pegawai pemerintah dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpinnya (Kepala Desa), juga dipengaruhi oleh karakteristik pegawai yang bersangkutan serta situasi yang terdapat pada lingkup organisasi. Kinerja pegawai akan berpengaruh terhadap Kinerja Organisasi pelayanan Pemerintah Desa terhadap masyarakat. Alur pemikiran tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

2.3. Hipotesis Pengarah
Untuk kepentingan penelitian ini, sesuai dengan tujuannya diajukan hipotesis pengarah berikut:
1. Diduga faktor-faktor yang secara langsung mempengaruhi gaya kepemimpinan seorang pemimpin/Kepala Desa adalah : karakteristik pemimpin, karakteristik pegawai dan situasi di lingkungan organisasi.
2. Diduga terdapat pengaruh antara gaya kepemimpinan yang diterapkan seorang pemimpin/Kepala Desa dengan kinerja pegawai.



2.4. Definisi Konseptual
Sejumlah definisi konseptual yang menjadi pegangan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Kepemimpinan organisasi, dalam hal ini kepemimpinan organisasi Pemerintah Desa adalah kemampuan pemimpin (Kepala Desa) untuk memberikan tugas, pengarahan, bimbingan terhadap para pegawai dalam menjalankan tugasnya.
2.  Gaya kepemimpinan adalah suatu cara atau pola tindakan, tingkah laku pimpinan secara keseluruhan dalam mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Gaya kepemimpinan berdasarkan arah komunikasi dan cara-cara dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dibedakan menjadi empat kategori yang terdiri dari gaya direktif, gaya konsultatif, gaya partisipatif, dan gaya delegatif.
3.  Karakteristik pemimpin adalah kondisi diri seorang pemimpin yang berpengaruh dalam melaksanakan kepemimpinannya, seperti latar belakang pendidikan, pribadi, pengalaman dan nilai-nilai dalam pandangan hidup yang dihayati dan diamalkannya (dipedomani dalam berfikir, merasakan, bersikap dan berperilaku).
4.  Situasi adalah situasi dalam interaksi antara pemimpin dengan anggota organisasi sebagai bawahan seperti suasana atau iklim kerja, suasana organisasi secara keseluruhan.
5.  Karakteristik pegawai adalah kondisi diri anggota organisasi sebagai pegawai, seperti pendidikan atau pengalaman, motivasi kerja atau berprestasi dan tanggung jawab dalam bekerja.
6.      Pegawai adalah seseorang yang bekerja pada suatu lembaga pemerintah.
7.      Kinerja pegawai merupakan hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka untuk mewujudkan tujuan organisasi.
8.  Kuantitas kerja yaitu banyaknya hasil kerja sesuai dengan waktu kerja yang ada, yang diperhatikan bukan hasil rutin tetapi seberapa cepat pekerjaan dapat terselesaikan.
9.    Kualitas kerja adalah mutu hasil kerja yang didasarkan pada standar yang ditetapkan. Kualitas kerja diukur dengan indikator ketepatan, ketelitian, keterampilan dan keberhasilan kerja.
10. Pelayanan masyarakat adalah segala bentuk kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi Kelurahan dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.5. Definisi Operasional
Untuk mengarahkan pengumpulan, pengolahan dan analisis data yang bersifat kuantitatif, dalam penelitian dirumuskan sejumlah definisi operasional berikut.
1.    Penentuan gaya kepemimpinan yang diterapkan pemimpin (Kepala Desa) dilakukan pada bidang atau lingkungan kegiatan pengambilan keputusan/ pemecahan masalah berikut
1)      Kegiatan yang berkaitan dengan kesejahteraan pegawai.
2)   Kegiatan yang berkaitan dengan pendelegasian tugas dari pemimpin (Kepala Desa) kepada pegawai.
3)      Kegiatan yang berkaitan dengan pemberian gaji/upah pegawai.
4)    Kegiatan yang berkaitan dengan musibah/bencana yang terjadi di lingkungan Pemerintah Desa.
5)      Kegiatan yang berkaitan dengan pemberian pelayanan Pemerintah Desa.
Kategori dalam bidang/kegiatan pengambilan keputusan/pemecahan masalah yang dilakukan pemimpin dalam melaksanakan pekerjaan adalah:
1)  Gaya Kepemimpinan Direktif, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dilakukan oleh pemimpin.
2)  Gaya Kepemimpinan Konsultatif, pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dilakukan oleh pemimpin setelah mendengarkan masukan/saran dari bawahan.
3) Gaya Kepemimpinan Partisipatif, pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.
4) Gaya Kepemimpinan Delegatif, pemimpin mendelegasikan pengambilan keputusan dan pemecahan masalah kepada bawahan.

2.   Kinerja Pegawai Pemerintah Desa diukur dengan menggunakan dua kelompok indikator yang terdiri dari:
A.      Kelompok indikator berdasarkan penilaian pegawai yang bersangkutan.
Kinerja pegawai dinilai dengan sistem skor yang diukur dengan menggunakan indikator kualitas hasil kerja dan kuantitas hasil kerja yang terdiri dari:
a.    Ketepatan hasil kerja pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan pekerjaannya.
b.    Ketelitian hasil kerja pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan pekerjaannya.
c.    Kerapian hasil kerja pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan pekerjaannya.
d.   Kebersihan hasil kerja pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan pekerjaannya.
e.    Jumlah atau beban pekerjaan yang dapat diselesaikan pegawai.
f.     Ketepatan waktu pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan.

B.       Kelompok indikator berdasarkan penilaian warga masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan kepada warga masyarakat.
Kinerja pegawai Kelurahan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dinilai dengan sistem skor yang diukur dengan menggunakan indikator yang terdiri dari: 
  • Kemudahan masyarakat dalam proses pembuatan KTP/KK dan sebagainya.
  •  Masyarakat mudah mengakses informasi mengenai segala bentuk pelayanan yang diberikan Pemerintah Desa
  • Ketepatan waktu para pegawai dalam menyelenggarakan segala bentuk pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan yang dijanjikan. 
  • Kecepatan pegawai dalam menanggapi keluhan masyarakat.
  • Pegawai memberi anjuran, saran, dan informasi secara jelas dan mudah dimengerti oleh masyarakat.
  • Keahlian dan kemampuan pegawai dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat.
  • Jaminan kebebasan bagi masyarakat dari pungutan liar. 
  • Kesopanan dan keramahan pegawai dalam melayani masyarakat. 
  • Kenyamanan dalam pelayanan untuk masyarakat oleh pegawai.



BAB. III
PENDEKATAN LAPANGAN

3.1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan kombinasi pendekatan kuantitatif (metode survei) dan pendekatan kualitatif. Metode survei adalah metode yang mengambil contoh data dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun dan Effendi, 1989). Dengan memadukan kedua pendekatan tersebut diharapkan upaya pemahaman gaya kepemimpinan dalam pengambilan keputusan, faktor-faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan dan pengaruhnya terhadap kinerja pegawai serta pelayanan Pemerintah Desa terhadap masyarakat dapat dilakukan secara lebih komprehensif.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Patemon, Kecamatan Bungatan, Kota Situbondo, Jawa Timur. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan hal-hal berikut
1. Berdasarkan hasil studi penjajakan pada bulan Juli 2013 diketahui bahwa Kepala Desa Patemon telah menjabat Kurang Lebih dari 1 tahun sehingga diharapkan kepemimpinan yang telah dilaksanakannya dapat diteliti secara lebih mendalam.

3.3. Teknik Pemilihan Responden dan Informan
Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan dalam menetapkan responden pegawai Pemerintah Desa adalah total sampling, yaitu pengambilan sampel sebesar populasi yang ada. Hal ini mengacu pada pendapat Surakhmad (1989:14) bahwa adakalanya masalah penarikan sampel ditiadakan sama sekali dengan memasukkan seluruh populasi sebagai sampel, yakni semua jumlah populasi itu diketahui terbatas. Berdasarkan hasil studi penjajakan diketahui bahwa populasi seluruh pegawai Pemerintah Desai berjumlah 15 orang. Informan dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Pemerintah Desa dan Kepala Desa Patemon. Disamping itu, untuk mengetahui kinerja pegawai Pemerintah Desa dalam hal pelayanan Pemerintah Desa terhadap masyarakat, populasi yang dijadikan sampel adalah warga masyarakat Desa Patemon RT 02 dan 03 RW 03. Jumlah sampel yang dipilih adalah sebanyak 25 responden yang dipilih secara acak (simple random sampling).

3.4. Teknik Pengumpulan Data
Data yang akan dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder meliputi data kuantitatif dan data kualitatif. Data primer dikumpulkan dari para responden dan informan. Data primer yang dikumpulkan terdiri dari:
1. Gambaran Gaya Kepemimpinan pada Kantor Pemerintah Desa Patemon yang digunakan pemimpin/Kepala Desa dalam pengambilan keputusan.
2.    Faktor-faktor yang mempengaruhi Gaya Kepemimpinan dalam mengambil keputusan.
3.  Kinerja pegawai Pemerintah Desa Patemon yang dilihat berdasarkan indikator kinerja pegawai serta pelayanan Pemerintah Desa kepada masyarakat.
4.    Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa terhadap Kinerja Pegawai.
Data sekunder dikumpulkan dari Kantor Pemerintah Desa Patemon, Dinas Instansi yang relevan dan perorangan, sesuai dengan keperluan data untuk penelitian ini. Data sekunder yang dikumpulkan terdiri dari:
1.  Perda, kebijakan-kebijakan pemerintah mengenai kepegawaian terutama berkaitan dengan kepemimpinan Kepala Desa dan kinerja pegawai.
2.    Gambaran umum Pemerintah Desa Patemon (kondisi geografis Desa, keadaan sosial demografi Desa, dan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang kehidupan Pemerintah Desa).

3.5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dari kuesioner akan diolah secara kuantitatif. Data kuantitatif diolah dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan tabulasi silang. Tabulasi silang digunakan untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai. Pengolahan dan analisis data kualitatif dilakukan dengan mereduksi (meringkas) data dengan menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga sesuai dengan keperluan untuk menjawab pertanyaan analisis di dalam penelitian. Data hasil wawancara yang relevan dengan fenomena yang dianalisis, disajikan dalam bentuk kutipan-kutipan. Analisis data kualitatif dipadukan dengan hasil interpretasi data kuantitatif.







DAFTAR PUSTAKA
  • Dessler. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Bahasa Indonesia Jilid 2. Jakarta: PT. Prenhallindo. 
  • Ranupandojo, H, Suad Husnan. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE-UGM.
  • Republik Indonesia, Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota Bogor Tahun 2008 Nomor 3 Seri D).
  • Siagian, Sondang P. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. 
  • Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta:LP3ES. 
  • Surakhmad, Winarno. 1989. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar. Bandung: Alumi. 
  • Thoha, Miftah. 1993. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers. 
  • Wahjosumidjo. 1984. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
  • Tesis Ubaydillah,S.Ip, Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa terhadap kinerja Pegawai, Tahun 2013. Jember) 


Proposal Makalah

- Copyright © KECAMATAN SUBOH - Devil Survivor 2 - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -